Selamat membaca
Februari 2014
semoga bermanfaat


Label

BLOG STATS



Diberdayakan oleh Blogger.

Berbagi ilmu tentang kimia

DESINFEKSI MIKROBIOLOGI


Pengertian
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri.Desinfeksi juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen tetapi tidak dengan membunuh spora yang terdapat pada alat perawatan ataupun kedokteran.Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui cara mencuci ,mengoles , merendam dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi, dan mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai.
kriteria Desinfeksi yang ideal adalah :
1.   Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2.   Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organic, pH, temperature dan kelembaban
3.   Tidak toksik pada hewan dan manusia
4.   Tidak bersifat korosif
5.   Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6.   Tidak berbau
7.   Bersifat biodegradable / mudah diurai
8.   Larutan stabil
9.   Mudah digunakan dan ekonomis
10. Aktivitas berspektrum luas dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara yaitu cara fisik ( pemanasan ) dan cara kimia ( penambahan bahan kimia ).

Macam-macam Desinfeksi
1.   Alkohol Etil
 alcohol atau propel alcohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk mendesinfeksi permukaan.
2.   Aldehid Glutar
aldehid merupakan salah satu desinfektan yang popular pada kedokteran gigi , baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi . Aldehid merupakan desinfektan yang kuat.Glutar aldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan.
3.   Biguanid Klorheksidin
 merupakan contoh biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptic kontrok plak.
4.   Fenol
Larutan jernih tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organic.Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah.Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini , banyak digunakan di Rumah Sakit dan laboratorium.
5.   Klorsilenol
Merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptic , aktivitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan ( misalnya dettol ).

Cara Kerja Densifeksi
Menurut  prosesnya :
1.   Denaturasi protein mikroorganisme perubahan strukturnya hingga sifat-sifat khasnya hilang.
2.   Pengendapan protein dalam protoplasma ( zat-zat halogen, fenol, alcohol, dan garam logam ).
3.   Oksidasi protein( Oksidanasia ).
4.   Mengganggu system dan proses enzim ( zat-zat halogen, alcohol ,dan garam logam ).
5.   Modifikasi dinding sel dan atau membran sitoplasma ( desinfektasi dengan aktivitas permukaan ).

STERILISASI ALAT MIKROBIOLOGI


  Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari segala macam bentuk kehidupan, terutama mikroba.Dalam praktek sterilisasi alat-alat atau media dapat dikerjakan secara mekanik (misalnya dengan cara penyaringan), secara kimia (menggunakan desinfektan), atau secara fisik (dengan pemanasan, sinar Ultra violet, sinar X dan lain-lain).Cara sterilisasi yang digunakan tergantung kepada macam dan sifat bahan yang disterilkan (misalnya ketahanan terhadap panas, bentuk bahan yang disterilkan : Padat, cair, atau gas).
1.       Sterilisasi Secara Fisik
Sterilisasi secara Fisik merupakan sterilisasi yang sering dipakai.Sterilisasi dengan cara ini ada 5 cara :
  1. Pemijaran
  2. Udara panas
  3. Uap air bertekanan
  4. Uap air panas
  5. Sinar Radio aktif
 a.       Pemijaran
Cara ini dipakai untuk sterilisasi jarum platina/Ose yang terbuat dari Platina atau Nikrom. Caranya dengan membakar alat-alat etrsebut diatas lampu spirtus/Bunsen sampai pijar.
 b.      Udara Panas/Kering
Alat yang dipakai adalah hot air sterilizer/ovin dipakai untuk sterilisasi alat-alat dari gelas seperti Erlenmeyer, petridish, tabung reaksi,pipet dan lain-lain. Bahan-bahan seperti kapas, kertas, kain juga dapat disterilkan dengan alat ini. Suhu yang digunakan berkisar 170 – 180° C selama 2 – 3 jam. Lamanya sterilisasi dengan cara ini tergantung pada jumlah alat-alat yang disterilkan dan ketahanannya terhadap panas.
 c.       Uap Panas
Bahan-bahan yang disterilkan dengan cara ini umumnya adalah “ Media” yang tidak tahan terhadap “suhu tinggi” : alatnya disebut alat sterilisasi Arnold.Caranya : Sterilkan bahan pada suhu 100° C selama 80 menit untuk mematikan sel vegetative mikroorganisme kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar untuk menumbuhkan spora-spora. Ulangi cara tersebut untuk ke 3 kalinya pada bahan dengan suhu dan waktu yang sama.  Dengan cara ini diharapkan akan benar-benar menjadi steril.
 d.      Uap Air Panas Bertekanan
Alat yang digunakan namanya “ autoklaf “ ( picesum cooker ) . Sterilisasikan dengan cara ini merupakan cara sterilisasi yang paling baik jika di bandingkan dengan cara – cara lainnya. Alat – alat dan bahan – bahan yang dapat di sterilkan dengan cara ini adalah alat – alat dan bahan – bahan yang tidak akan rusak karena pemanasan dan tekanan tinggi .Caranya : autoklaf diisi air kira – kira 1,5-2 liter kemudian di panaskan . Alat dan bahan yang akan di sterilkan dimasukkan ke dalam autoklaf . Apabila media yang akan di sterilkan dalam tabung reaksi atau Erlenmeyer, perlu di tutup rapat dengan kapas kemudian di bungkus dengan sampul setelah itu tutup autoklaf , di pasang dan skrup – skrup nya di kencangkan . Keran pengatur tempat keluar nya uap air di biarkan terbuka sampai uap air keluar . Hal ini di maksud agar – agar di dalam alat – alat tersebut tidak ada udara lagi yang dapat mengacaukan pembacaan suhu atau tekanan , selanjutnya keran pengatur keluarnya uap air di tutup dan di biarkan sampai tekanan di dalam naik. Suhu atau tekanan yang digunakan tergantung dari alat/bahan yang digunakan adalah 15-20 psi ( 1,5 -2 atm ) dan waktu 15 – 30  menit . Apabila sterilisasi sudah selesai maka listrik / apinya dimatikan . Keran uap di biarkan sampai angka 0 baru kemudian autoklaf di buka 
Sterilisasi Secara Mekanik
  • Saringan
Bahan – bahan cair yang sangat peka terhadap pemanasan ( misalnya : serum darah ) atau media cair yang relative tidak tahan terhadap pemanasan yang tinggi harus di sterilkan dengan cara penyaringan untuk keperluan ini dipakai alat yang disebut penyaring bakteri ( filter bakteri ) .
 a.       Penyaring Bekefeld
Alat penyaringanya terbuat dari tanah diatomac dengan 3 porositas V ( Viet = Kasar ) ,N ( Normal ) , W ( Weing = halus ) yang biasa dipakai yang mempunyai porositas N dan W.

 b.      Penyaring Chamberland
Alat saringannya terbuat dari porselen yang dilapisi email. Porositasnya filter L1,L2,L3…,L13.
Dimana : L1              paling kasar
               L2               paling halus
Yang biasanya dipakai L3

c.       Penyaring Seitz (penyaring asbes)
Alat penyaring terbuat dari baja tahan karat yang dilengkapi dengan saringan asbes selulosa yang dapat diganti.

d.      Penyaring Mendler
Penyaring ini terbuat dari 60-80 % diatomae, 10-15 % plaster of paris (CaSO4).H2O.Perbandingan ini tergantung dari besar kecilnya pori yang diinginkan.

e.      Penyaring Fritted Glass
Penyaring ini terbuat dari serbik gelas (fritted glass) yang halus didalam cetakan yang berbentuk cakram (disk) kemudian dipanaskan sampai suhu tinggi sehingga cakram berpori. Porositasnya ada 5 tingkat yaitu:
EC (ekstra kasar), C (kasar), M (medium), UF (ekstra halus), F (halus).

f.      Penyaring Asbes
Asbes ditekan menjadi bentuk cakram tipis dengan dijepit melalui logam yang rata.

g.     Penyaring Jenkin
Penyaring ini menggunakan lapisan logam karet penghubung dan balok penyaring yang terbuat dari porselen.

h.     Penyaring Ultra
Digunakan untuk memisahkan koloid-koloid. Penyaring Ultra menggunakan koloidon dan digunakan untuk memisahkan virus.
Sterilisasi Secara Kimia
Bahan kimia yang sering digunakan adalah :

  • Fenol

Fenol dan turunannya (metal fenol dan dimetil fenol) bersifat merobek membrane sel dan mendenaturasikan protein, yang mengakibatkan mikroorganisme menjadi mati.

  • Alkohol 
dapat mendenaturasikan protein dan melarutkan lemak sehingga dinding sel rusak dan plasma membengkak mengakibatkan mikroorganisme mati.Etanol sangat efektif pada konsentrasi 50-70%.


  • Halogen
Jenis halogen yang sering digunakan untuk sterilisasi  adalah Yodium, dan klor serta senyawanya contoh kaporit (NaOCl).

Kepekaan dan Keaktifan zat kimia terhadap Mikroorganisme

NO
Bahan
Konsentrasi
Keaktifan

1.
Formalin + Alkohol
8 % + (60-70%)
Tinggi

2.
Formalin
3-8 %
Sedang tinggi

3.
Yodium tinklor
0,6 – 70 %
Sedang

4.
Alkohol
70 – 90 %
Sedang

5.
Kaporit
4 – 5 %
Sedang

6.
Fenol
0,5 – 3 %
Rendah sedang


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MIKROBA

Agar dapat tumbuh dan tetap hidup, mikroba mempunyai faktor-faktor untuk pertumbuhannya dan sangat penting dalammengendalikan mikroba. Faktor tersebut ada yang berasal dari dalam tubuh mikroba tersebut (instrinsik) ataupun dari lingkungan mikroba tersebut (ekstrinsik). Berikut ini faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba :
A. FAKTOR INSTRINSIK
1.   Nilai pH
Hampir semua mikroba tumbuh pada tingkat pH yang berbeda. Sebagian besar bakteri tumbuh pada pH dibawah 5,0 dan diatas 8,0 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik. Sebaliknya, khamir menyukai pH 4,0-5,0 dan dapat tumbuh pada kisaran pH 2,5 - 8,5. Oleh karena itu khamir dapat tumbuh pada pH rendah dimana pertumbuhan bakteri terhambat. Untuk pertumbuhan kapang memerlukan pH optimum antara 5,0 - 7,0 tetapi seperti halnya khamir, kapang masih dapat hidup kisaran pH yang luas, yaitu antara pH 3,0 - 8,5.Contohnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Mikrobia
pH minimum
pH maksimum
Bakteri :
Escherichia coli
Salmonella typhi
Streptococcus lactis
Lactobacillus spp.
Thiobacillus thiooxidans

4,4
4,5
4,3 – 4,8
3 0
< 1,0

9,0
8,0

7,2
9,8
Jamur
1,5 – 2,0
11,0
Yeast
1,5
8,0 – 8,5
Fungi :
Acontium velatum

0,2 – 0,7

7,0

2. Aktivitas air (Aw)
Pertumbuhan dan metabolisme mikroba memerlukan air dalam bentuk yang tersedia. Air yang dimaksudkan adalah air bebas atau air yag tidak terikat dalam bentuk ikatan dengan komonen-komponen penyusun bahan pangan lain. Oleh karena itu, besarnya kadar air suatu bahan pangan bukan merupakan parameter yang tepat untuk menggambarkan aktivits mikroba pada bahan pangan. Aktiviitas kimia air atau sering diistilahkan aktivitas air ( water activity = aw ) merupakan parameter yang lebih tepat untuk mengukur aktivitas mikroba pada bahan pangan.
3. Kandungan Nutrisi
Fungsi utama nutrisi adalah sebagai sumber energi, bahan pembentuk sel, dan aseptor electron di dalam aksi yang menghasilkan energi. Nutrisi yang diperlukan oleh mikroba meliputi air, sumber energi, sumber karbon, sumber nitrogen, sumber aseptor electron, sumber mineral, dan faktor tumbuh.            Air dibutuhkan oleh mikrobia dalam jumlah yang cukup bagi terjadinya reaksi biokimia dan enzimatis pada proses metabolismenya. Jamur merupakan mikrobia yang paling sedikit membutuhkan air untuk pertumbuhannya, diikuti dengan yeast, bakteri Gram negatif, dan bakteri Gram positif.Mikrobia menggunakan senyawa gula, alkohol dan asam amino sebagai sumber energi.  Beberapa mikrobia mampu menggunakan karbohidrat kompleks seperti pati danselulosa sebagai sumber energi dengan terlebih dahulu mendegradasi senyawa kompleks tersebut menjadi senyawa yang lebih sederhana. Lemak juga digunakan olehsebagian kecil mikrobia sebagai sumber energi.   Sumber nitrogen utama bagi mikrobia heterotropik adalah asam amino. Beberapa mikrobia mampu menggunakan nukleotida dan asam amino bebas, sedangkan mikrobia yang lain mampu menggunakan peptida dan protein sebagai sumber nitrogen. Secara umum, senyawa sederhana seperti asam amino digunakan oleh sebagian besar mikrobia sebagai sumber nitrogen.Mikrobia juga membutuhkan vitamin B dalam jumlah kecil yang diperoleh dari bahan pangan tempat tumbuhnya. Secara umum, bakteri Gram positif membutuhkan vitamin B lebih banyak, yang berasal dari bahan pangan supaya dapat tumbuh dengan baik karena mikrobia tersebut tidak mampu mensintesis vitamin B dalam jumlah yangcukup. Bakteri Gram negatif dan jamur mampu mensintesis vitamin B dalam jumlah yangcukup sehingga kedua mikrobia tersebut mampu tumbuh pada bahan pangan dengan kandungan vitamin B sedikit seperti buah-buahan. Buah-buahan mempunyai kandungan vitamin B yang rendah, pH rendah, dan Eh positif sehingga lebih mudah ditumbuhi oleh jamur daripada bakteri.
B. Faktor Ekstrinsik
1.   Suhu / Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan pertumbuhan mikroorganisme. Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang berlawanan :a.   Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat.   Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolisme akan menurun dan pertumbuhan diperlambat.b.   Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti, kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati.Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme digolongkan menjadi tiga, yaitu :a.   Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka pertumbuhan terhenti.b.   Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan optimum. (Disebut juga suhu inkubasi)c.   Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka pertumbuhan tidak terjadi.
Sehubungan dengan penggolongan suhu di atas, maka mikroba digolongkan menjadi :

Kelompok
Suhu Minimum
Suhu Optimum
Suhu Maksimum
Psikrofil
- 15C.
10C.
20C.
Contoh:
Alcaligenes
Pseudomonas
Streptococcus
Corynebacterium
Lactobacillus
Flavobacterium
Micrococcus
Streptomyces
Psikrotrof
- 1C.
25C.
35C.
Mesofil
5 – 10C.
30 – 37C.
40C.
Contoh :
Sebagian besar mikrobia
(bakteri, jamur dan yeast)
Thermofil
40C.
45 – 55C.
60 – 80C.
Contoh :
Bacillus dan Clostridium
Thermotrof
15C.
42 – 46C.
50C.
Tabel Penggolongan bakteri menurut suhu
Berdasarkan ketahanan panas, mikroba dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :
a.   Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada suhu 60oC selama 10-20 menit.
b.   Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
c.   Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60oC selama 10-20 menit tapi kurang dari 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
2.   Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi :
                 I.Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
               II.Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
              III.Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
             IV.Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.
3. Kelembapan udara relatif (RH)
             Kelembaban udara relative berhubungan dengan aktifitas air (aw). Pangan yang mempunyai   nilai aw rendah apabila ditempatkan pada lingkungan yang mempunyai kelembaban udara relative tinggi akan mudah menyerap air. Semakin banyak air yang diserap akan meningkatkan nilai aw sehingga pangan tersebut mudah dirusak oleh bakteri.
            Bahan pangan yang disimpan pada RH rendah dapat mengalami kerusakan pada permukaannya karena jamur, yeast dan bakteri tertentu. Misalnya daging utuh yang tidak dikemas dengan rapat dan disimpan di refrigerator dapat mengalami kerusakan pada permukaan karena RH refrigerator yang tinggi dan mikrobia aerob. Hal ini dapat dicegah dengan cara pengemasan yang tepat dan mengatur komposisi gas tanpa harus menurunkan RH lingkungan.
4. Suplai Nutrisi
`           Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali

MEDIA PADA PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


Definisi Media :

Media adalah suatu substrat yang diperlukan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan mikroba.

Syarat media :
  1. Mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pengembangbiakan mikroba
  2. Mempunyai tekanan osmotik, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba
  3. Steril, sebelum ditanami mikroba tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan.
Jenis Media
a.       Berdasarkan Bentuknya
Dengan ada tidaknya bahan tambahan berupa zat pemadat seperti agar-agar atau gelatin, dikenal 3 bentuk media yaitu :
  1. Media padat, media yang ditambahi tepung agar-agar sebanyak 12-15%. Media ini umumnya digunakan untuk pertumbuhan bakteri atau kapang.
  2. Media semi padat atau semi cair, media yang ditambahi tepung agar-agarsebanyak 50% atau kurang dari yang seharusnya. Umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan air dan hidup anerobik atau fakultatif.
  3. Media cair, media yang tidak ditambahi bahan pemadat, umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroalga.
b.      Berdasarkan Komposisi/susunannya
Berdasarkan komposisi media di bagi atas :
  1. Media alami, yaitu media yang disusun dari bahan-bahan alami seperti kentang, tepung, daging, telur, ikan sayur dsb.
  2. Media semi sintesis, yaitu media yang disusun dari bahan-bahan alami dan bahan-bahan sisntesis.contoh : Kaldu nutrisi disusun dari :Pepton  10,0 gramEkstrak daging 10,0 gramNaCl 5,0 gramAquadest 1000 ml
  3. Media sintesis, yaitu media yang disusun dari senyawa kimia.
Contoh media untuk pertumbuhan bakteri Clostridium disusun dari :
  • K2HPO4         0,5 gram
  • KH2PO4         0,5 gram
  • MgSO4.7H2O            0,1 gram
  • NaCl                0,1 gram
  • FeSO4.7H2O  0,01 gram
  • MnSO4.7H2O            0,01 gram
  • CaCO3                        Seangin

c.       Berdasarkan sifatnya
Berdasarkan pengaruh zat yang ditambahkan kedalamnya maka media dapat dibedakan menjadi :
Media umum (general medium)
  1. Media yang dipergunakan untuk pertumbuhan satu atau lebih kelompok mikroba, misalnya kaldu nutrisi untuk bakteri, agar kentang dekstrosa untuk jamur dsb.
  2. Media perkayaan (enrichment medium). Media yang umumnya mengandung bahan-bahan tertentu untuk memberikan kesempatan tumbuh lebih cepat didalam bahan. Contoh : kaldu selenit, atau kaldu tetrationat untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari tinja.
  3. Media selektif. Media yang digunakan untuk menunjang pertumbuhan mikroba tertentu, sementara pertumbuhan mikroba yang lainnya terhambat. Misalkan Mc Conkey agar dan Eosin Methylen Blue Agar (EMB) mengandung zat warna mengahambat bakteri gram positif tetapi bakteri negatifnya tetap dapat tumbuh.
  4. Media diferensial. Media yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba tertentu serta sifat-sifatnya mengandung indicator untuk memebedakan mikroba berdasarkan penampilan pada media tersebut.
  5. Media penguji. Media yang digunakan untuk menguji senyawa tertentu dengan bantuan mikroba.
  6. Media identifikasi. Media yang digunakan untuk mempelajari atau membuktikan satu atau lebih fungsi metabolic khas dari mikroba yang diperlukan untuk diidentifikasi. Contoh Triple Sugar Iron Agar (TSIA) untuk identifikasi enterobakter.
  7. Media perhitungan. Media yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroba pada suatu bahan.

MEDIA PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media. Berikut ini beberapa media yang sering digunakan secara umum dalam mikrobiologi.

1.      Lactose Broth

Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme koliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah presumptive test untuk koliform.
Lactose broth dibuat dengan komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton; dan 0,5% laktosa.

2.      EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)

Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli.
Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan eosin dan metilin bklue sebagai indikator memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih cepat meragikan sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN (most probable number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air.


3.      Nutrient Agar

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.
Untuk komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai yang dibutuhkan.

4.      Nutrient Broth

Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair. Intinya sama dengan nutrient agar. Nutrient broth dibuat dengan cara sebagai berikut.
1.Larutkan 5 g pepton dalam 850 ml air distilasi/akuades.
2.Larutkan 3 g ekstrak daging dalam larutan yang dibuat pada langkah pertama.
3.Atur pH sampai 7,0.
4.Beri air distilasi sebanyak 1.000 ml.
5.Sterilisasi dengan autoklaf.


5.      MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar)

MRSA merupakan media yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape (1960) untuk memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. MRS agar mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, sebaik nutrien diperkaya MRS agar tidak sangat selektif, sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta jenis bakteri lain dapat tumbuh. MRS agar mengandung:

1.Protein dari kasein 10 g/L
2.Ekstrak daging 8,0 g/L
3.Ekstrak ragi 4,0 g/L
4.D (+) glukosa 20 g/L
5.Magnesium sulfat 0,2 g/L
6.Agar-agar 14 g/L
7.dipotassium hidrogen phosphate 2 g/L
8.Tween 80 1,0 g/L
9.Diamonium hidrogen sitrat 2 g/L
10.Natrium asetat 5 g/L
11.Mangan sulfat 0,04 g/L

MRSB merupakan media yang serupa dengan MRSA yang berbentuk cair/broth.
Dari
enidchemicals.com

6.      Trypticase Soy Broth (TSB)

TSB adalah media broth diperkaya untuk tujuan umum, untuk isolasi, dan penumbuhan bermacam mikroorganisme. Media ini banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimen laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen.
Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme.
Dekstrosa adalah sumber energi dan natrium klorida mempertahankan kesetimbangan osmotik. Dikalium fosfat ditambahkan sebagai buffer untuk mempertahankan pH.





7.      Plate Count Agar (PCA)

PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan (casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar) hingga membentuk suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf (15 menit pada suhu 121°C). Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks.

8.      APDA
Media APDA berfungsi untuk menumbuhkan dan menghitung jumlah khamir dan yeast yang terdapat dalam suatu sampel. Khamir dan yeast akan tumbuh dengan optimal pada media yang sesuai. Adanya asam tartarat dan pH rendah maka pertumbuhan bakteri terhambat.
APDA dibuat dengan merebus kentang selama 1 jam/45 menit, agar dilelehkan dalam 500 ml air. Campurkan ekstrak kentang dalam agar lalu ditambahkan glukosa dan diaduk rata. Pada APDA jadi ini juga ditambah asam tartarat.


9.      Potato Dextrose Agar (PDA)

PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Cara membuat PDA adalah mensuspensikan 39 g media dalam 1 liter air yang telah didestilasi. campur dan panaskan serta aduk. Didihkan selama 1 menit untuk melarutkan media secara sempurna. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit. Dinginkan hingga suhu 40-45°C dan tuang dalam cawan petri dengan pH akhir 5,6+0,2.

10.  VRBA (Violet Red Bile Agar)

VRBA dapat digunakan untuk perhitungan kelompok bakteri Enterobactericeae. Agar VRBA mengandung violet kristal yang bersifat basa, sedangkan sel mikroba bersifat asam. Bila kondisi terlalu basa maka sel akan mati. Dengan VRBA dapat dihitung jumlah bakteri E.coli. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat VRBA adalah yeast ekstrak, pepton, NaCl, empedu, glukosa, neutral red, kristal violet, agar). Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur dengan 1 liter air yang telah didestilasi. Panaskan hingga mendidih sampai larut sempurna. Dinginkan hingga 50-60°C. Pindahkan dalam tabung sesuai kebutuhan, pH akhir adalah 7,4. Campuran garam bile dan kristal violet menghambat bakteri gram positif. Yeast ekstrak menyediakan vitamin B-kompleks yang mendukung pertumbuhan bakteri. Laktosa merupakan sumber karbohidrat. Neutral red sebagai indikator pH. Agar merupakan agen pemadat.


11.  PGYA
Media ini berfungsi untuk isolasi, enumerasi, dan menumbuhkan sel khamir. Dengan adanya dekstrosa yang terkandung dalam media ini, PGYA dapat digunakan untuk mengidentifikasi mikroba terutama sel khamir. Untuk membuatnya, semua bahan dicampur dengan ditambah CaCO3 terlebih dahulu sebanyak 0,5 g lalu dilarutkan dengan akuades. Kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer dan disumbat dengan kapas lalu disterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit.

RECENT COMMENT

Follower

. Halaman ini adalah hak cipta Chemical Analyst